Ancylostoma
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Strongiloidae
Famili : Ancylostomatidae
Genus : Necator/Ancylostoma
Spesies : N. americanus
A. duodenale
Etiologi
Ancylostomiasis
Anak anjing muda maupun anak kucing sangat rentan
terhadap infeksi oleh cacing tambang karena pada umur 2-4 minggu persediaan Fe
akan merosot yang disebabkan makanan utama anak anjing adalah air susu yang
memang sangat kecil kandungan Fe nya. Anak anjing yang terinfeksi berat, segera
mengalami anemia akut. Perdarahan usus terjadi pada hari ke 8 pasca infeksi dan
pada akhir minggu ke 3 pasca infeksi penderita kehilangan darah setiap harinya
setara dengan 20 % dari total volume eritrositnya. Pada anjing dan kucing
dewasa hilangnya darah sebagian terkompensasi oleh kegiatan eritropoesis.
Infeksi anjing oleh A braziliense dan U stenocephala
tidak mengakibatkan perdarahan hebat seperti pada infeksi oleh A caninum.
Infeksi kedua spesies tersebut cenderung lebih banyak ditandai oleh
hipoproteinemia, radang usus, dan atrofi parsial villi intestinales. Hilangnya
vili usus halus juga dialami oleh anjing yang terinfeksi A caninum dan
mengakibatkan gangguan absorbsi makanan.
Adanya parasit dewasa dalam jumlah kecil sampai
sedang mampu menimbulkan kekebalan (imunitas terbatas) hingga penderita tahan
terhadap infeksi larva selanjutnya. Infeksi larva dalam jumlah besar akan
melampaui ketahanan tubuh dan hewan akan mengalami parasitosis. Oleh adanya
self cure, penderita sembuh dengan sendirinya dan tidak menimbulkan gejala
anemia. Pada umur tertentu, sekitr 8 bulan, terbukti bahwa anjing mampu
mengatasi tantangan infeksi larva infektif. Di daerah endemic, penggunaan obat
cacing sebagai pengobatan rutin, misalnya setiap 3-6 bulan sekali sangat
dianjurkan.
Patogenesis
Perjalanan penyakit cacingan dengan perubahan
patologi yang teramati sangat ditentukan oleh proses infeksi cacing (larva) ke
dalam tubuh dan perkembangannya terkait dengan daur hidupnya.
1. Penetrasi
larva per kutan
Gambaran
radang kulit sebagai akibat penetrasi larva cacing A duodenale melalui kulit
pada manusia, yang dikenal sebagai creeping eruption oleh larva migrans,
gambaran patologinya pada anjing dan kucing tidak sejelas pada manusia.
Dilaporkan bahwa radang kulit pada anjing terdapat di rongga antar jari-jari,
kaki dan kadang-kadang pada kulit perut. Meskipun gejala klinisnya kurang jelas
dari yang terlihat pada manusia, gejala pada anjing dapat berupa rasa gatal,
kemerahan, dan terjadinya papulae di daerah yang menderita. Dalam keadan
tertentu lesi kulit mirip radang kulit oleh tungau demodex (terbatas) atau
mirip dermatitis atopik. Rasa gatal terlihat dari usaha menjilati sebagai ganti
menggaruk daerah yang gatal. Membesarnya kaki ataupun terjadinya deformitas
pangkal kuku dan kukunya juga mungkin diamati. Infeksi yang meluas juga dapat
mencapai sendi-sendi pada jari-jari kaki.
2. Larva
migrans
Apabila
jumlah larva yang bermigrasi melalui paru-paru cukup banyak dapat terjadi
iritasi jaringan paru-paru termasuk saluran nafas hingga terjadi batuk yang
sifatnya ringan sampai dengan sedang. Dalam pemeriksaan pascamati, maupun
pemeriksaan histopatologi sering ditemukan larva cacing dalam jumlah besar.
3. Infeksi
cacing dalam usus halus
Oleh adanya
cacing dalam mukosa usus halus beberapa perubahan patologi dan faali dapat
terjadi. Perubahan-perubaha patologik dan fail tersebut meliputi anemia, radang
usus ringan sampai berat, hipoproteinemia, terjadinya gangguan penyerapan
makanan dan terjadinya penekanan terhadap respon imunitas dari anjing.
Gigitan cacing, yang sekaligus melekat pada mukosa,
segera memicu terjadi perdarahan yang tidak segera membeku karena toksin yang
dihasilkan oleh cacing. Cacing dewasa biasa berpindah-pindah tempat gigitannya
hingga terjadilah luka-luka yang mengucurkan darah segar. Tiap ekor cacing
dewasa A caninum dapat menyebabkan kehilangan darah 0,05-0,2 ml/hari, A
braziliense 0,001 ml, dan Ustenocephala 0,0003 ml. darah yang mengucur ke dalam
luen akan keluar bersama tinja dank karena adanya darah tersebut tinja menjadi
berwarna hitam. Pengeluaran tinja bercampur darah tersebut biasa disebut
melena.
Cacing A
tubaeforme termasuk dalam kategori pengisap darah sedang yang akibat akhirnya
berupa anemia berat. Anemia yang timbul pada awalnya bersifat normositik
normokromik, yang kemudian oleh hilangnya zat besi anemianya akan berubah
menjadi hipokromik mikrositik.
Gejala
Klinis
Cacing tambang ini mampu menyebabkan
hilangnya darah dalam waktu pendek, terutama pada individu muda. Darah yang mengucur
segera tercampur tinja dan menyebabkan melena. Tinja bersifat lunak, berwarna
gelap. Gejala anemia dapat dilihat dari pucatnya selaput lendir mulut, mata,
vagina, maupun dari kulit, terutama didaerah perut. Radang yang ditimbulkan
dapat menyebabkan menyempitnya muara saluran empedu. Bila empedu tertahan dapat
menyebabkan bilirubinemia (ikhterus).
Diagnosa
Berdasarkan :
- Hasil pemeriksaan feses dan darah
- melena
- anemia
Berdasarkan :
- Hasil pemeriksaan feses dan darah
- melena
- anemia
Prognosa
Prognosis ditegakkan dengan memperhatikan status cairan tubuh, tingkat anemia, serta berat infeksi yang diperoleh dari pemeriksaan patologis klinis, baik terhadap tinja maupun darah penderita.
Prognosis ditegakkan dengan memperhatikan status cairan tubuh, tingkat anemia, serta berat infeksi yang diperoleh dari pemeriksaan patologis klinis, baik terhadap tinja maupun darah penderita.
Terapi
Pengobatan dengan Canex atau Telmin biasanya dilakukan pada umur 6-12 minggu, diulang setiap 2-4 bulan.
Anjing betina dewasa diobati 2 kali, dengan antara 2 minggu, pada saat bunting dan menyusui masing-masing dilakukan satu kali.
Pyrantel pamoat, citrat emboat, 5-12 mg/kg
Dihlorphos, 27-33mg/kg(dewasa)11mg/kg (anak)
Mebendazole, 22mg/kg selama 5 hari
Disophenol, 10mg/kg sub kutan
Fenbendasol, 5mg/kg selama 3 hari
Pengobatan dengan Canex atau Telmin biasanya dilakukan pada umur 6-12 minggu, diulang setiap 2-4 bulan.
Anjing betina dewasa diobati 2 kali, dengan antara 2 minggu, pada saat bunting dan menyusui masing-masing dilakukan satu kali.
Pyrantel pamoat, citrat emboat, 5-12 mg/kg
Dihlorphos, 27-33mg/kg(dewasa)11mg/kg (anak)
Mebendazole, 22mg/kg selama 5 hari
Disophenol, 10mg/kg sub kutan
Fenbendasol, 5mg/kg selama 3 hari
Pencegahan
Berdasarkan periode prepaten cacing yang berlangsung sekitar 3 minggu :
pengobatan pertama baiknya dilakukan umur 2-4 minggu, diulang 2-3 bulan
selanjutnya diobati secara teratur tiap 3-6 bulan sekali.
Berdasarkan periode prepaten cacing yang berlangsung sekitar 3 minggu :
pengobatan pertama baiknya dilakukan umur 2-4 minggu, diulang 2-3 bulan
selanjutnya diobati secara teratur tiap 3-6 bulan sekali.
Sumber:
http://www.anjingdankucing.com/news/Ancylostomiasi
Pada Anjing
http://cakmoki2007.blogspot.com/feeds/posts/default
0 komentar:
Posting Komentar