I.
OBAT-OBAT YANG BERSIFAT
PREMEDIKASI
Sebelum pasien diberikan
anastesi, langkah selanjutnya adalah adalah premedikasi adalah pemberian obat
sebelum induksi dengan tujuan, sbb:
1. Mencegah efek samping yang tidak diinginkan
2.
Membantu proses anestesia
3.
Mencegah reflek-reflek otonom
4.
Mengurangi rasa cemas prabedah
Contoh obat premedikasi:
Golongan Contoh
Barbiturat Secobarbital,Pentobarbital
Opioid Morfin,Petidin
Benzodiazepin Diazepam,Midazolam
Antikolinergik Sulfas atropin,
glikopirolat
Antiemetik Droperidol
Antasida Gelusil
H1 reseptor antagonis Phenergan
H2 reseptor antagonis Simetidin, Rantidin
A.
OBAT PENGHILANG ANSIETAS
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai
oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu
kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic (SSA). Ansietas
merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu
fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia
yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk
perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa
putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Obat ancietas turunan benzodiazepine:
1.Diazepam
2. Alprazolam
3. Bromazepam
4. Chlordiazepoksid
5. Clonazepam
6. Clorazepat
7. Flunitrazepam
8. Lorazepam
9. Lormetazepam
10. Midazolam
11. Nitrazepam
12. Oxazepam
13. Temazepam
14. Triazolam
B.
OBAT PENURUN SEKRESI DAN REFLEX VAGAL
Penurun sekresi asam
·
Inhibitor pompa proton (Omeprazol dan
Lansoprazol)
Tidak aktif pada pH netral, tetapi sangat berguna pada keadaan
hipersekresi asam lambung yang disebabkan oleh sindrom Zollinger-Ellison dan
pada pasien dengan esofagitis refluks dimana ulkus yang berat biasanya resisten
terhadap obat lain. Dalam keadaan asam obat tersebut disusun kembali menjadi
dua macam molekul reaktif, yang bereaksi debgan gugus sulfhidril pada
H⁺/K⁺-ATPase yang berperan untuk mentranspor H⁺ keluar dari sel parietal. Oleh
karena enzim dihambat secara irreversible, maka sekresi asam hanya terjadi
setelah sintesis enzim baru.
·
Antagonis reseptor H₂ histamine (Cimetidin dan Ranitidin)
Bekerja dengan memblok kerja histamin pada sel parietal dan mengurangi
sekresi asam. Obat tersebut mengurangi nyeri akibat ulkus peptikum dan
meningkatkan penyembuhan ulkus. Cepat diabsorbsi secara oral dan efek samping
rendah. Simetidin mempunyai efek antiandrogen, menurunkan metabolisme obat di
hati, namun jarang menyebabkan ginekomastia.
·
Penguat Mukosa (Sukralfat, Kelasi Bismut,
Misoprostol)
Sukralfat mengalami polomerisasi pada pH <4 untuk menghasilkan gel
yang sangat lengkat dan melekat kuat pada dasar ulkus. Kelasi bismuth bisa
bekerja dengan cara yang sama seperti sukralfat.
.
C.
OBAT ANTI EMESIS PASCA-OPERASI
Mual dan muntah merupakan kondisi yang
sering ditemukan pada pasien terkait pengobatan dan penyakit yang diderita.
Pada pasien kanker, mual dan muntah menjadi momok sendiri pada pasien yang
menjalani kemoterapi dan radiasi. Kondisi serupa juga sering ditemui pada
pasien yang usai menjalani pembedahan atau operasi.
Obat-obat antiemesis digunakan untuk
mencegah atau menghentikan rasa mual dan muntah setidaknya 24 jam setelah
pengobatan atau operasi. Antiemesis bekerja dengan cara menghambat zat kimia
tertentu yang mengaktivasi pusat mual dan muntah di otak. Untuk hasil terbaik,
antiemesis diberikan sesaat sebelum tindakan kemoterapi atau radiasi. Obat
untuk mengatasi muntah bisa tersedia dalam bentuk oral, suntikan atau
suposituria. Bila muntah sangat berat, maka antiemesis diberikan tidak dalam
bentuk sediaan oral.
1.
antihistamin
2.
benzamida
3.
kortikosteroid
4.
benzodiazepine
5.
penghambat reseptor neurokinin-1
6.
penghambat serotonin
Masing-masing
obat memiliki kinerja berbeda, yaitu:
Antihistamin
mencegah mual dan muntah dengan cara menghambat histamin dalam tubuh. Namun untuk
pasien kemoterapi efeknya kurang kuat. Dari kelas benzamida misalnya
metoklopramida, adalah antiemesis yang bekerja dengan menghambat dopamin.
Dopamin merupakan bagian otak yang menjadi pusat muntah. Dalam dosis tinggi,
obat ini juga bisa mempengaruhi serotonin pada lambung. Efek samping benzamida
adalah bisa menyebabkan kejang, sering disebut sebagai efek samping
ekstrapiramidal, biasanya pada usia di bawah 30 tahun.
Deksametason dan metilprednisolon adalah
dua obat dari golongan kortikosteroid yang biasa digunakan sebagai antiemesis.
Selain mencegah, steroid bisa meningkatkan kinerja antiemesis lain sehingga
dalam pemakaiannya sering dikombinasikan, biasanya dengan serotonin antagonis.
Namun harus diingat steroid akan mengurangi efek prostaglandin yang membantu
mengontrol tekanan darah sehingga harus hati-hati bila diberikan pada pasien
diabetes.
Neurokinin-1-receptor
Antagonists (NK1-receptor Antagonists) juga harus dikombinasikan dengan
antiemesis lain. Obat ini bekerja dengan menghambat substansi P, yang
diperkirakan merupakan jalur khusus di otak yang menyebabkan mual dan muntah.
Dari
berbagai jenis antiemesis, Serotonin Antagonists merupakan obat yang paling
sering diberikan untuk mengatasi mual muntah pasien kemoterapi, radiasi, dan
bedah. Lima
jenis obat dari kelas ini yang digunakan sebagai antiemesis adalah granisetron,
ondansetron, dolasetron, tropisetron dan palonosetron. Serotonin antagonis
bekerja dengan menghambat serotonin di otak dan usus. Obat ini bisa ditolerir
dengan baik dan sangat efektif.
D.
PENGHILANG NYERI
Obat-obat
penghilang rasa sakit disebut analgesik (dari kata Yunani an, yang berarti
"tanpa", dan algos, berarti "sakit"). Analgesik yang dijual
bebas dapat mengatasi rasa sakit ringan hingga sedang itu berkenaan dengan
sakit kepala, selesma (cold), sakit gigi, nyeri otot, nyeri punggung, artritis
dan nyeri haid. Obat-obat itupun dapat menurunkan demam. Analgesik yang dijual
bebas itu digolongkan menjadi 2 kategori utama: yang juga mengurangi peradangan
dan yang tidak mengurangi peradangan.
* NSAIDs: Aspirin, ibuprofen, naproksen natrium dan ketoprofen mengurangi peradangan dan disebut obat anti radang nonsteroid (NSAIDs). Obat-obat itu sangat bermanfaat untuk rasa sakit yang disertai peradangan (beberapa bentuk artritis dan tendinitis). Akibat sampingan yang umum di antaranya gangguan lambung, tukak, perdarahan.
* Asetaminofen tidak mengurangi peradangan. Karena relatif bebas dari efek sampingan selama dalam dosis yang disarankan, obat ini pun merupakan alternatif yang bagus untuk pengunaan jangka panjang atau kalau obat-obat NSAIDs meninbulkan resiko.
* NSAIDs: Aspirin, ibuprofen, naproksen natrium dan ketoprofen mengurangi peradangan dan disebut obat anti radang nonsteroid (NSAIDs). Obat-obat itu sangat bermanfaat untuk rasa sakit yang disertai peradangan (beberapa bentuk artritis dan tendinitis). Akibat sampingan yang umum di antaranya gangguan lambung, tukak, perdarahan.
* Asetaminofen tidak mengurangi peradangan. Karena relatif bebas dari efek sampingan selama dalam dosis yang disarankan, obat ini pun merupakan alternatif yang bagus untuk pengunaan jangka panjang atau kalau obat-obat NSAIDs meninbulkan resiko.
Obat - obat golongan analgetik narkotik Agonis
kuat : morfin, hidromorfon, oksimorfon, metadon, meperidin, fentanil,
levorfanol. Opioid agonis bersifat “morphine like”, membentuk ikatan dengan
reseptor opiat yang diskret, sehingga menghasilkan analgesia.
Opioid antagonis juga membentuk ikatan dengan
reseptor opioid, tapi memblok efek agonis morphine-like, Ini berpotensi dicapai
oleh zat-zat yang dapat memblok proses pembangkitan, seperti NSAID, anestesi lokal;
meningkatkan respon inhibitory dalam cord, seperti opioid, agonis α-adrenergik
(clonidin), agonis asam gamma-aminobutirat (GABA) Obat opioid menurut
interaksinya dengan reseptor opioid di sistim saraf pusat yang multipel,
digolongkan sebagai : Obat opioid agonis yang morphine like (hidromorfon,
oksimorfon, metadon, meperidin/petidin, fentanil, levorvanol),
III.
OBAT-OBAT ANTIKONVULSAN
Antikonvulsan digunakan terutama untuk mencegah
dan mengobati bangkitan epilepsi (epileptic seizure). Golongan obat ini lebih tepat
dinamakan antiepilepsi; sebab obat ini jarang digunkan untuk gejala konvulsi
penyakit lain.
Epilepsi atau sawan atau penyakit ayan adalah suatu gangguan saraf
yang timbul secara tiba-tiba dan berkala, biasanya dengan perubahan kesadaran.
Penyebabnya adalah aksi serentak dan mendadak dari sekelompok besar sel-sel
saraf di otak. Aksi ini disertai pelepasan muatan listrik
Obat saraf golongan antikonvulsan / obat
epilepsi terbagi dalam 8 golongan.
1.
Golongan Hidantoin: Fenitoin, Mefenotoin,
Etotoin.
Fenitoin/Phenytoin biasa dalam bentuk garamnya yaitu Phenytoin Na
dengan sediaan kapsul 50 mg dan 100 mg, serta ampul untuk suntik 100mg/2 ml.
2. Golongan Barbiturat: Fenobarbital, Primidon.
Fenobarbital atau Phenobarbital tersedia dalam bentuk garamnya untuk sediaan
suntik dengan kemasan ampul 200 mg / 2 ml. Juga ada yang dikombinasi dengan
golongan hidantoin (Diphenylhidantoin) tersedia dalam bentuk tablet.
3.
Golongan Oksazolidindion: Trimetadion.
4.
Golongan Suksinimid: Etosuksimid, Karbamazepin,
Ox Carbazepine
5.
Golongan Benzodiazepin: Diazepam, Klonazepam,
Nitrazepam, Levetiracetam
6.
Golongan Asam Valproat dan garamnya (Divalproex
Na)
7.
Golongan Phenyltriazine; Lamotrigine
Lamotrigine dapat menyebabakan ruam yang berakibat fatal sehingga
menimbulkan cacat atau kematian. Beritahu dokter anda kalau anda minum juga
obat golongan asam valproat, karena obat golongan ini dapat meningkatkan efek
samping Lamotrigine. Selain sebagai obat epilepsi juga digunakan untuk
memperpanjang periode serangan pada penderita depresi, mania dan perasaan yang
abnormal lainnya pada penderita bipolar I.
8.
Golongan Gabapentin dan turunannya (Pregabalin)
Pregabalin digunakan untuk mengontrol serangan epilepsi. Obat epilepsi
ini tidak menyembuhkan epilepsi dan hanya akan bekerja untuk mengontrol serangan
epilepsi sepanjang minum obat epilepsi ini. Obat ini juga digunakan untuk nyeri
syaraf yang disebabkan penyakit herpes (post herpetic neuralgia) dan nyeri
akibat kerusakan syaraf karena diabetes. Pregabalin baru tersedia dalam bentuk
kapsul 75 mg.
9.
Lainnya: Fenasemid, Topiramate
Topiramate merupakan obat epilepsi baru dengan sediaan tablet 25 mg,
50 mg dan 100 mg juga dalam bentuk kapsul sprinkle 15 mg, 25 mg dan 50 mg.
Diminum sebelum atau sesudah makan dengan air segelas penuh.
Semua obat epilepsi harus diminum sesuai dengan dosis yang diberikan
oleh dokter. Jangan melebihkan dosis dan waktu pengobatan yang diberikan oleh
dokter, juga jangan hentikan pengobatan tanpa memberitahu dokter anda.
Obat
|
Jenis epilepsi
|
Efek samping yg mungkin terjadi
|
Karbamazepin
|
Generalisata, parsial
|
Jumlah sel darah putih & sel darah merah berkurang
|
Etoksimid
|
Petit mal
|
Jumlah sel darah putih & sel darah merah berkurang
|
Gabapentin
|
Parsial
|
Tenang
|
Lamotrigin
|
Generalisata, parsial
|
Ruam kulit
|
Fenobarbital
|
Generalisata, parsial
|
Tenang
|
Fenitoin
|
Generalisata, parsial
|
Pembengkakan gusi
|
Primidon
|
Generalisata, parsial
|
Tenang
|
Valproat
|
Kejang infantil, petit mal
|
Penambahan berat badan, rambut rontok
|
Tabel. Obat Epilepsi dan efek sampingnya
0 komentar:
Posting Komentar